Jumat, 17 April 2009

Klorida

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

Menentukan jumlah klorida yang terkandung dalam sampel air.

1.2 Prinsip Percobaan

Klorida dalam suasana netral diendapkan dengan AgNO3 membentuk AgCl. Kelebihan sedikit Ag+ dengan adanya indicator K2CrO4 akan terbentuk endapan merah bata pada titik akhir titrasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Klorin atau klorida berasal dari bahasa Yunani “cholosos”, yang berarti hijau pucat, adalah unsur kimia dengan nomor atom 17 dengan symbol Cl. Gas klor berwarna kuning kehijauan.

Klorin adalah bahan kimia yang penting untuk beberapa proses penurunan air, penjangkitan dan dalam pelunturan.

Klor merupakan salah satu zat desinfektan yang sering digunakan dalam pengolahan air minum. Zat kimia lain yang dapat digunakan sebagai desinfektan adalah ozon (O3), klordioksidan, dan sebagainya. Dua faktor penting yang mempengaruhi proses desinfektan adalah waktu bereaksi dan konsentrasi zat desinfektan.

Ozon boleh juga digunakan untuk membunuh bakteria, dan ozon tidak membentuk organoklin dan tidak tertinggal dalam air setelah perawatan. (www.wikipedia.org)

Klorin juga digunakan secara meluas dalam pembuatan produk sehari-hari yaitu :

§ Digunakan sebagai pembunuh bakteria dan mikroba-mikroba bekal air minum dan kolam renang;

§ Digunakan secara meluas di dalam pembuatan kertas, antiseptik, bahan pewarna, makanan, racun serangga, cat lukis, produk-produk petroleum, plastik, obat-obatan, tekstil, pelarut, dan produk-produk berguna lainnya.

Kebanyakan klorida larut dalam air, oleh karena itu klorida biasanya hanya ditemui di kawasan beriklim kering, atau bawah tanah. Klorida biasanya dihasilkan melalui elektrolisis natrium klorida yang terlarut dalam air. Bersama dengan klorin, proses kloral kali ini menghasilkan gas hidrogen dan natrium hidroksida dengan persamaan sebagai berikut :

2NaCl + 2H2O ® Cl2 + H2 + 2NaOH

Klor berasal dari gas Cl2, NaOCl, Ca(OCl)2 atau larutan kaporit atau larutan HOCl (asam hipoklorit). Dalam konsentrasi yang wajar, klorida tidak akan membahayakan bagi manusia. Rasa asin terhadap air merupakan pengaruh dari klorida dalam jumlah konsentrasi sebesar 250 mg/L. Oleh karena itu, penggunaan klorida dibatasi untuk kebutuhan manusia. Batas maksimal pemakaian atau pengkonsumsian klorida untuk kebutuhan manusia adalah hanya sampai 250 mg/L kandungan klorida dalam air.

Gas klorin (Cl2), tidak menjadi penyebab polusi udara pada areal luas, tetapi jika campurannya hanya menyebar pada wilayah yang kecil akan menjadi polutan yang sangat berbahaya. Gas klorin merupakan racun gas pertama, yang pertama kali dikembangkan pada saat perang dunia I. Pada saat itu, gas klorin banyak digunakan pada pengolahan air dan sebagai pemutih (Bleach).

Ion klorida (Cl-) tidak aktif, sedangkan Cl2, HOCl, dan OCl- dianggap sebagai bahan yang aktif. HOCl yang tidak terpecah adalah zat pembasmi yang paling efisien bagi bakteri. Proses desinfeksi lebih efisien pada suasana netral atau bersifat asam lemah.

Konsentrasi klorida pada dataran tinggi dan pegunungan biasanya relatif rendah, sedangkan pada sungai dan air tanah biasanya sangat banyak jumlahnya. Konsentrasi klorida yang juga sangat tinggi pada air laut yang menguap, kemudian mengalir ke sungai. Karena itu, sungai dan air tanah memiliki tingkat klorida yang tinggi.

Untuk menentukan atau mengukur jumlah (kadar) klorida dalam air, dapat digunakan metode berikut ini.

§ Mercurie Nitrate Method (metode HgNO3)

Menentukan banyak sedikitnya kandungan klorida dengan perbandingan Mohr method (metode Mohr). Pada metode ini, diphenyl carbazone adalah indikator yang digunakan untuk menunjukkan adanya kelebihan ion Hg2+.

Hg2+ + 2Cl- ® HgCl2 (K = 2,6 x 10-15)

§ Mohr Method (Argentometric)

Metode ini merupakan metode yang dapat menghasilkan hasil yang lebih memuaskan daripada metode HgNO3. Metode Mohr ini menggunakan AgNO3 sebagai zat pentitrasi dan menganjurkan menggunakan metode standar. Dalam proses titrasi ion klorida akan terbentuk klorida dengan lapisan endapan putih perak.

Ag+ + Cl- ® AgCl (Ksp = 3 x 10-10)

Indikator yang biasa digunakan untuk menentukan adanya ion Ag+ adalah potassium chromate. Indikator ini akan mengubah warna putih perak menjadi endapan merah bata.

2Ag+ + CrO42- ® Ag2CrO4 (Ksp = 5 x 102-)

BAB III

PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat

Gelas ukur 100 ml 1 buah

Gelas ukur 50 ml 1 buah

Erlenmeyer 200 ml 2 buah

Buret dan statip 1 buah

Spatula 1 buah

Pipet tetes 1 buah

Gelas piala 200 ml 1 buah

3.2 Bahan

Larutan standar NaCl

HNO3 pekat

Larutan K2CrO4 10%

Serbuk ZnO atau MgO

Larutan AgNO3 1/35,45 N

3.3 Cara Kerja

Standarisasi AgNO3

10 ml larutan standar NaCl dipipet, kwemudian dimasukan dalam erlenmeyer. Tambahkan 2-3 tetes HNO3 pekat dan 3-5 tetes larutan indikator K2CrO4 10%. Tambahkan sedikit demi sedikit serbuk ZnO sambil dikocok hingga cairan berwarna kuning kehijauan. Titrasi dengan larutan AgNO3 1/35,45 N sampai endapan merah bata. Catat banyaknya AgNO3 1/35,45 N yang digunakan.

Air sampel

1. 100 ml contoh air dimasukkan ke dalam Erlenmeyer;

2. tambahkan 2 tetes HNO3 pekat dan 3-5 tetes K2CrO4 10 %

3. tambah sedikit demi sedikit serbuk ZnO atau MgO sambil dikocok sampai cairan berwarna kuning kehijauan. Titrasi dengan larutan AgNO3 1/35,45 N sampai terjadi endapan merah bata. Dicatat banyaknya larutan AgNO3 1/35,45 N yang digunakan.

Kesadahan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

Untuk mengukur tingkat Kesadahan Total (Ca2+, Mg2+) dan Kesadahan Kalsium dengan titrasi kompleksometri menggunakan EDTA.

1.2 Prinsip Percobaan

Kalsium dan Magnesium dalam air dapat membentuk senyawa komplek dengan EDTA pada suatu pH tertentu. Untuk mengetahui titik akhir titrasi digunakan indikator logam yaitu indikator EBT dan Murexida.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Kesadahan adalah suatu keadaan atau peristiwa terlarutnya ion- ion tertentu di air sehingga menurunkan kualitas air baik secara distribusi maupun penggunaanya. Ion-ion tersebut yaitu Ca2+, Mg2+, Mn2+, Fe2+, Si2+, dan semua kation yang bermuatan 2. Ion-ion mampu bereaksi dengan Sabun untuk Presipirat dan anion-anion yang ada untuk membentuk kerak.( www. wikipedia.org\kesadahan_air)

Air sadah berarti air yang didalamnya terkandung ion-ion kesadahan. Kesadahan air bervariasi dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Kesadahan air permukaan lebih kecil daripada air tanah di daerah kapur, karena pada daerah tanah tersebut banyak terkandung ion Ca2+ dan Mg2+.

Berdasarkan sifatnya, air sadah dibagi atas 2,yaitu:

  1. Air sadah sementara

Air sadah yang mengandung Ca(HCO3)2 atau Mg(HCO2) 2, Air sadah sementara dapat dipisahkan dengan cara pemanasan.

Reaksi : Ca(HCO2) 2 ® CaCO2 + H2O + CO2

Mg(HCO3)2 ® MgCO3 + H2O + CO2

b. Kesadahan tetap

Air sadah yang mengandung MgCl2, CaCl2, MgSO4, CaSO4, dll. Air

sadah dapat dihilangkan dengan penambahan natrium karbonat.

Reaksi : CaSO4 + NaCO3 ® CaCO3 + Na2SO4

MgSO4 + Na2SO3 ® MgCO3 + Na2SO4

Kesadahan total adalah jumlah ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang dapat ditentukan melalui titrasi EDTA dan menggunakan indicator yang peka terhadap semua kation tersebut. Kesadahan total dapat juga ditentukan dengan menggunakan jumlah ion Ca2+dan ion Mg2+yang dianalisa secara terpisah misalnya metode AAS.

( www. wikipedia.org\kesadahan_air)

Kesadahan dibagi menjadi 2 tipe yaitu: :

1. Kesadahan Kalsium dan Magnesium (Kesadahan Total)

Kalsium dan magnesium merupakan dua anggota dari kelompok alkali logam. Kedua struktur ini mempunyai struktur elektron dan reaksi kimia yang sama. Besarnya kesadahan kalsium dan magnesium dapat dihitung.

2. Kesadahan Karbonat dan Non KarBonat

Kesadahan Karbonat ialah bagian kesadahan total yang secara kimia ekivalen terhadap alkalinitas bikarbonat dan karbonat dalam air.

Jika CaCO3 sebagai alkalinitas dan kesadahan, maka kesadahan karbonat ditentukan sebagai berikut :

a. Alkalinitas ³ kesadahan total

Kesadahan karbonat (mg/l) = kedadahan total (mg/l)

b. Alkalinitas < kesadahan total

Kesadahan karbonat (mg/l) = alkalinitas (mg/l)

Kesadahan non karbonat ialah jumlah kesadahan akibat kelebihan

kesadahan karbonat.

Kesadahan nonkarbonat = kesadahan total – kesadahan karbonat kation. Kation kesadahan nonkarbonat berikatan dengan anion-anion sulfat nitrat.

Air sadah membawa Dampak negatif, yaitu:

- Menyebabkan sabun tak berbusa karena adanya hubungan kimiawi antara kesadahan dengan molekul sabun sehingga sifat deterjen sabun hilang dan pemakaian sabun jadi lebih boros.

- Menimbulkan kerak pada ketel yang dapat menyumbat katup-katup ketel karena terbentuknya endapan kalsium karbonat pada dinding atau katup ketel. Akibatnya hantaran panas pada ketel ait berkurang sehingga memboroskan bahan bakar.(www. Chem-is-try.org \tanya pakar\kenapa mandi dipantai boros sabun?)

Metoda yang digunakan untuk menghilangkan kesadahan pada air yaitu:

  1. Metoda pengendapan senyawa Ca2+dan Mg2+

dibutuhkan Ca(OH)2 dan natrium karbonat sebagai pereaksinya. Hasil akhir reaksi akan membentuk endapan CaCO3 dan MgCO3. metoda ini berlangsung dalam waktu yang cepat, dan mempunyai efisiensi tinggi sehingga biaya yang dikeluarkan relatif kecil.

  1. Metoda pertukaran ion Ca2+ dan Mg2+ dengan ion Na+, K+, H+

dibutuhkan instalasi yang lengkap. Reaksi berlangsung dalam waktu yang sangat cepat yaitu dalam hitungan menit, namun metoda ini membutuhkan biaya yang sangat tinggi sehingga hanya dipakai dalam industri penggolahan air ketel.

BAB III

PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Bahan

  • Larutan buffer pH 10;
  • Larutan buffer pH 12;
  • Larutan KCN 10 %;
  • Larutan EDTA 1/28 N;
  • Indikator EBT;
  • Indiktor Murexida;
  • Aquades.

3.2 Alat

  • Erlenmeyer 200 ml;
  • Erlenmeyer 100 ml;
  • Pipet takar 10 ml;
  • Pipet takar 10 ml dan Bola hisap;
  • Buret 50 ml dan statip;
  • Corong;
  • Spatula.

3.3 Cara Kerja

Standarisasi larutan EDTA 1/28 N

a. Meggunakan indikator EBT

· Pipet 10 ml larutan standar kalsium dan dimasukkan ke dalam labu

Erlenmeyer

· Tambah 5 ml larutan buffer pH 10 dan 50 mg indikator EBT, lalu

titrasi dengan EDTA 1/28 N hingga cairan berubah dari ungu menjadi

biru laut.

b. Menggunakan indikator murexida

    • Pipet 10 ml larutan standar kalsium dan dimasukkan ke dalam

labu Erlenmeyer

· Tambahkan 1 ml larutan buffer pH 12 dan 50 mg indikator murexida .

· Dititrasi dengan larutan EDTA 1/28 N hingga cairan berubah warna dari merah menjadi ungu.

· Dicatat banyak ml EDTA yang digunakan

Kesadahan total (Kalsium + Magnesium)

· Dimasukkan 100 ml air ke dalam Erlenmeyer, lalu ditambahkan larutan buffer pH 10.

· Ditambahkan 1 ml larutan KCN 10 % jika cairan menjadi keruh

· Lalu, ditambahkan 50 mg indikator EBT

· Titrasi dengan larutan EDTA 1/28 N sampai cairan berubah warna dari ungu menjadi biru laut. Catat Banyak EDTA yang diperlukan

Kesadahan Kalsium

· Dimasukkan 100 ml contoh air ke labu Erlenmeyer, ditambah 1 ml larutan buffer pH 12. Jika cairan keruh ditambahkan 1 ml larutan KCN 10 %.

· Ditambahkan 50 mg indikator murexida

· Dititrasi dengan larutan EDTA 1/28 N sampai cairan berubah warna dari merah menjadi ungu.

Analisis Deterjen

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

Mengukur kadar kandungan surfaktan anionik pada deterjen yang terdapat dalam air buangan dengan menggunakan metode spektrofotometri.

1.2 Prinsip Percobaan

Surfaktan anioanik bereaksi dengan warna biru metilen membentuk pasangan ion baru yang terlarut dalam pelarut organik, Intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 652 nm. Serapan yng terukur setara dengan kadar surfaktan anionik.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Deterjen merupakan pembersih sintesis yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibandingkan dengan produk terdahulu yaitu sabun, deterjen memiliki keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak mempengaruhi kesadahan air.

Bahan-bahan kimia pembuat Deterjen:

1. Surfaktan

Surfaktan(surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung yang berbeda yaitu hydrophile(suka air) dan hidrophobe(suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan air

Secara garis besar, terdapat empat katagori surfaktan yaitu :

a. Anionik

- Alkyl Benzena Sulfunate (ABS)

- Linear |Alkyl Benzene Sulfunate (LAS)

- Alpha Olein Sulfunate (AUS)

b. Katonik : Garam Ammonium

c. Non ionic : Nonly Phenol Polyethoxyle

d. Amphoterik : Acyl Ethylenediamines

2. Buildier (Pembetuk)

Builder(Pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci surfaktan degan cara manon- aktifkan mineral penyebabkan kesadahan air.

a. Phosphates : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)

b. Acetates

- Nitril tri Acetate (NTA)

- Ethylene Diamine Tetra Acetate(EDTA)

c. Silicates : Zeolth

d. Citrates : Citrate acid

3. Filler (Pengisi)

Filler(Pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas.

Contah : Sodium Sulfate.

4. Additives

Additives adalah bahan suplemen/tambahan untuk pembuatan produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna, tidak berhububgan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lagi untuk komersialkan produk.

Contoh : Enzyme, Borax, Sodium Chlorida, Corboxy Methy cellulose(CMC)

(www.wikipedia. org/wiki/Deterjen)

Menurut struktur kimia, molekul surfaktan dibedakan menjadi dua yaitu rantai bercabang (alky bensen sulfanat atau ABS) dan rantai lurus(Linear alkyl sulfanat atau ALS. Sifat deterjen ABS merupakan jenis surfaktan yang ditemukan dan digunakan secara luas sebagai bahan pembersih yag berasal dari minyak bumi. Jenis ini mempunyai sifat yang tidak diuraikan oleh bahan-bahan alami seperti mikroganisme, matahari dan air.

Banyaknya percabangan ABS ini menyebabkan kadar residu ABS sebagai penyebabnya terjadi pencemaran air. Sedangkan untuk deterjen LAS merupakan jenis surfaktan yang lebih murah diuraikan oleh bakteri. Deterjen LAS mempunyai kemampuan berbusa 10-30% bahan organic aktif. LAS juga dapat menghilangkan busa yang dapat hilang secara berangsur-angsur sehingga tidak menggangu lingkungan. Akan tetapi bahan poliposfat dalam deterjen menghasilkan limbah yang mengandung fosfor sehingga menyebabkan eutrofikasi.(www.Muthadi 71 words proxs.com)

Menurut kandungan gugus aktif maka deterjen diklasifikasikan sebagai berikut :

· Deterjen Keras

Deterjen jenis keras sukar dirusak mikroganisme meskipun bahan tersebut

dibuang akibat zat tersebut masih aktif

· Deterjen lunak

Deterjen jenis lunak bahan penurunan tegangan permukaan mudah dirusak oleh mikroganisme sehingga tidak aktif lagi bila dipakai (www. sinarharapan .co.id)

Sebenarnya kita tidak mengetahui bahwa Deterjen dapat merusak lingkungan. Salah satunya adalah terjadinya proses eutrofikasi diperairan ini terjadi karena Deterjen dengan menggunakan kandungan fosfor makin marak digunakan dalam kalangan masyrakat. Akibatnya banyak sungai-sungai di kota besar terjadinya peledakan enceng gondok. Terjadilah pendangkalan sungai, pertanda kematian bagi kehidupan penghuni sungai. Untuk memecahkan masalah ini, saat ini telah dikembangkan deterjen-deterjen dengan kandungan fosfor yang rendah.


BAB III

PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Bahan

1.Larutan Biru Metilen

2. Larutan Indikator Fenolftalien

3. NaOH 1 N

4. H2SO4 1 N dan 6 N

5. NA2SO4 Anhidrat

6. Aquades.

3.2 Alat

1. Corong Pisah 2 bh

2. Spektrofometer

3. Beaker glass 80 ml dan 500 ml

4. Gelas ukur 25 ml dan 100ml

5. Corong 2 bh

6. Kuvet Spektro

7. Pipet tetes

8. Spatula 1 bh

9. Statip 4 bh

3.3 Cara Kerja

1. Masukan sampel 100 ml ke dalam corong pisah. Agar netral tambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalien dan NaOH 1N sampai warna larutan merah muda

2. Tambahkan H2SO4 sampai warnanya hilang

3. Tambahkan 25 ml larutan metilen biru.

4. Ektraksi larutan dengan 10 ml CH2CI2 (diklrometan) biarkan selama 30 detik. Biarkan terjadi pemisahan fase. Goyang perlahan, apabila terbentuk emulsi tambahkan isopropyl alkohol

5. Pisahkan lapisan bawah (CH2CI2) dan lakukan ektraksi dengan menggunakan kertas saring dan Na2SO4 anhidrat

6. Lakukan ektraksi sebanyak 3 kali dan gabungkan hasil ektraksi

7. Perlakukan blanko seperti langkah 1-6

8. Masukan larutan sampel dan blanko kedalam kuvet, baca pada panjang gelombang 652 nm.

Destruksi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan percobaan

Mengukur nilai kandungan logam yang terdapat dalam sampel dengan perlakuan pendahuluan terhadap sampel.

1.2 Prinsip percobaan

Destruksi adalah perlakuan pendahuluan terhadap sampel sebelum dianalisa zatnya, seperti kandungan logam. Senyawa logam dalam contoh uji didestruksi dalam suasana asam, kemudian diukur kadarnya dengan spektrofotometer serepan atom secara langsung pada panjang gelombang tertentu.

1.3 Metode percobaan

SSA (Spektrofotometer).


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Metode destruksi merupakan suatu metode yang sangat penting didalam menganalisis suatu materi atau bahan. Metode ini bertujuan untuk merubah sampel menjadi bahan yang dapat dikukur. Metode ini seakan sangat sederhana, namun apabila kurang sempurna dalam melakukan teknik destruksi, maka hasil analisis yang diharapkan tidak akurat. Oleh karena itu, pada percobaan ini kita hendaknya sangat teliti. Hasil destruksi diukur dengan menggunakan metoda AAS. (Oliviyanti Mulyani, 2007)

Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh faunhofer, ketika menelaah garis-garis hitam pada spectrum matahari. Sedangkan yang manfaatkan prinsip serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh pada 1995. Sebelumnya ahli kimia banyak tergantung pada cara-cara spektrometrik atau analisis spektrografik. Beberapa cara ini sulit dan memakan waktu, kemudian diganti dengan spektroskopi serapan atom. (Sastrohamidjojo, Hadjono, 2001)

Metode AAS berprinsip pada absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom menyerap cahaya tersebut pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Dengan absorbsi energi, berarti memperoleh lebih banyak energi, suatu atom pada keadaan dasar dinaikkan tingkat energinya ketika eksitasi. Keberhasilan analisis ini bergantung pada proses eksitasi dan memperoleh garis resonansi yang tepat. (Sastrohamidjojo, Hadjono, 2001)

Teknik AAS merupakan alat yang canggih dalam analisis. Ini disebabkan oleh antara lain: (Sastrohamidjojo, Hardjono, 2001)

· kecepatan analisisnya;

· ketelitian sampai tingkat runut;

· tidak memerlukan pemisahan terlebih dahulu;

· AAS dapat digunakan untuk 61 jenis logam.

Analisis logam berat Cu, Pb telah dilakukan pada ikan tawar dengan metode nyala serapan atom. Preparasi cuplikan dibakukan dengan ikan dicuci, diambil dagingnya, dikeringkan dan ditumbuk hingga 100 mesh. Dilarutkan dengan teknik Teflon bom digesti sampai diperoleh larutan cuplikan yang siap untuk dianalisis. Parameter analisis dengan AAS mmeliputi kondisi optimum analisis. Kurva kalibrasi unsur, rentang konsentrasi yang terpakai, kenyalaan alat uji dan validasi metode uji. (Sofyan Yatim, 1979)

Logam berat umumnya bersifat racun terhadap makhluk hidup. Walaupun beberapa diantaranya diperlukan dalam jumlah kecil.melalui perantara air, udara, makanan, minuman, terkontaminasi oleh logam berat. Logam tersebut dapat terdistribusi kebagian tubuh manusia. (Sofyan Yatim, 1979)

Timbal (Pb) mempunyai arti penting dalam dunia kesehatan, bukan karena penggunaan terapinya melainkan karena sifat toksisitasnya. Absorbsi timbal dalam tubuh sangat lambat. Sehingga terjadi akumulasi dan menjadi dasar keracunan yang progresif. Keracunan timbal dapat menyebabkan kadar timbal yang tinggi dalam aorta, hati, ginjal, pankreas, paru-paru, jantung, dan otak. Hal ini sudah pernah terjadi di Amerika dan sudah diteliti. (Darmono, 1995)

Logam-logam berat yang berbahaya sering mencemari lingkungan antara lain Mercuri (Hg), Timbal (Pb), Arsen (As), Kadmium (Cd), Nikel (Ni). Logam terakumulasi dalam tubuh mikroorganisme dan tinggal dalam jangka waktu panjang sebagai racun. Contohnya pencemaran Kadmium yang menyebabkan hal-hal disease. (Darmono, 1995)

BAB III

PROSEDUR PERCOBAAN

3.2 Alat

  • AAS;
  • Labu ukur 100 ml;
  • Pipet tetes;
  • Pipet takar 10 ml;
  • Erlenmeyer 100 ml;
  • Corong;
  • Kertas saring;
  • Kompor listrik;
  • Cawan;
  • Lumpang alu.

3.1 Bahan

  • Sampel;
  • Aquadest;
  • HNO3 pekat;
  • H2O2.

3.3 Cara Kerja

  • Ambil sampel dan gerus hingga halus (jika sampel tanah, gunakaan sebanyak 5 gr). Masukan sampel dalam Erlenmeyer 100 ml, tambahkan 5 ml HNO3 pekat dan encerkan hingga menjadi 50 ml;
  • Hidupkan kompor listrik dan panaskan selama 3 jam. (jika sampel tanah panaskan selama 5 jam);
  • Untuk sampel makhluk hidup, setelah pemanasan 3 jam, tambahkan peroksida 5 ml dan panaskan kembali selama 2 jam;
  • Sampel disaring dan masukkan dalam labu ukur 100 ml. encerkan sampai volume 100 ml;
  • Periksalah absorbansi dari masing-masing larutan standar dan sampel secara berurutan dengan menggunakan AAS.

Asiditas dan Alkalinitas

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan adalah untuk menentukan asiditas dan alkalinitas suatu zat cair dengan menggunakan larutan NaOH dan HCl dengan indikator indikator fenolftalein dan metal orange.

I.2 PRINSIP PERCOBAAN

Asiditas atau alkalinitas dalam air dinetralkan dengan basa NaOH dan HCl menggunakan indicator fenolftalein dan metal orange.

I.3 METODE

Titrasi Asam Basa

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Asiditas adalah hasil dari adanya asam lemah seperti H2PO4-, CO2, H2S, asam-asam lemak, dan ion-ion logam asam, terutama Fe3+. Asiditas lebih sukar ditentukan daripada alkalinitas, karena dua kontributor utamanya adalah CO2 dan H2S merupakan larutan volatile yang segera hilang dari sample.(Syafila, Mindriany)

Untuk asam kuat seperti H2SO4 dan HCl dalam air dikenal dengan istilah “asam mineral bebas” (free mineral acid). “Acid Mineral Water” mengandung asam mineral bebas dalam konsentrasi yang harus diperhitungkan. (Manahan,Stanley).

Reaksi-reaksi yang terjadi :

Asiditas H+ + OH- ® H2O

CO2 + OH- ® HCO3-

HCO3- + H+ ® H2O + CO2

Alkalinitas OH- + H+ ® H2O

CO32- + H+ ® HCO3-

HCO3- + H+ ® H2O + CO2

Pereaksi yang terjadi adalah :

Larutan H2SO4 0,1 N

Encerkan 0,28 ml H2SO4 pekat ke dalam 1L air.

Larutan H2SO4 0,02 N

Pipet 200 ml H2SO4 0,1 N ke dalam 1L air.

Larutan standar Na2CO3

Timbang 5 mg Na2CO3 masukkan ke dalam 1L air.

Ada 2 cara untuk menentukan asiditas, yaitu:

1. asiditas total, ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhir fenolftalein

2. asam mineral bebas, ditentukan oleh titrasi dengan basa untuk mencapai titik akhir metal orange. ( Syafila, Mindriany)

titrasi adalah cara penetapan kadar suatu larutan dengan menggunakan larutan standar yang sudah diketahui konsentrasinya. Metode seperti ini biasanya dilakukan di laboratorium. Beberapa jenis titrasi yaitu :

1. titrasi asam basa

2. titrasi redoks

3. titrasi pengendapan

Pada percobaan asiditas alkalinitas, jenis titrasi yang digunakan adalah titrasi asam basa. (www.wikipedia.org/titrasi)

Beberapa buangan industri mengandung ion-ion untuk menetralkan mengandung logam asam, dan biasanya merupakan asam kuat.

Alkalinitas merupakan penyangga(buffer) peerubahan pH air dan indikasi kesuburan yang diukur dengan kandungan karbonat. Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa penurunan nilai pH larutan. (Alaerts dan Ir. S. Sumetri. S).

Alkalinitas mampu menetralisir keasaman di dalam air. Secara khusus alkalinitas sering disebut sebagai besaran yang menunjukkan kapasitas pembufferan dari ion bikarbonat, dan tahap tertentu ion karbonat dan hidroksida dalam air. Ketiga ion tersebut dalam air akan bereaksi dengan ion hydrogen sehingga menurunkan kemasaman dan menaikkan pH. Alkalinitas optimal pda nilai 90-150 ppm. Alkalinitas rendah diatasi dengan pengapuran dosis 5 ppm. Dan jenis kapur yang digunakan disesuaikan kondisi pH air sehingga pengaruh pengapuran tidak membuat Ph air tinggi, serta disesuaikan dengan keperluan dan fungsinya. (www.wikipedia.org/alkalinitas).

Perbedaan antara basa tingkat tinggi dengan alkalinitas yang tingga adalah sebagai berikut :

1. Tingkat basa tinggi ditunjukkan oleh pH tinggi;

2. Alkalinitas tinggi ditunjukkan dengan kemampuan menerima proton tinggi.

Alkalinitas berperan dalam menentukan kemampuan air untuk mendukung pertumbuhan alga dan kehidupan air lainnya, hal ini dikarenakan :

1. Pengaruh system buffer dari alkalinitas;

2. alkalinitas berfungsi sebagai reservoir untuk karbon organic. Sehingga alkalinitas diukur sebagai factor kesuburan air. (Syafila, Mindriany).

Kadar alkalinitas dengan tingkat kesadahan air haruslah seimbang. Jika kadar alkalinitas terlalu tinggi dibandingkan dengan kadar Ca2+ dan Mg2+ (kesadahan) maka air menjdi agresif dan menyebabkan karat pada pipa. Sebaliknya, bila kadar alkalinitasnya rendah dapat menyebabkan kerak CaCO3 pada dinding pipa yang dapat memperkecil penampang basah pipa.

Pada air buangan, khususnya dari industri, kadar alkalinitas yang tinggi menunjukkan adanya senyawa garam dari asam lemah seperti asam asetat, propionate, amoniak dan sulfite. Alkalinitas juga sebagai parameter pengontrol untuk anaerobic digestes dan instalasi Lumpur aktif (Alaerts dan ir. Sri Sumestri Santia, MSc).

Asiditas dan alkalinitas sangat bergantung pada pH air. Pengawasan keabsahan data dapat dilakukan ketentuan, yaitu:

1. asiditas sebagai H+ hanya ada dalam air pada pH <4,5;

2. asiditas sebagai CO2 hanya ada dalam air pada pH antara 4,5 – 8,3;

3. alkalinitas sebagai HCO3-, hanya ada dalam air pada pH 4,5 – 8,3;

4. alkalinitas sebagai CO32-, hanya ada dalam air pada pH >8,3;

5. alkalinitas sebagai hidroksida hanya ada dalam air pada pH lebih besar dari 10,5.