Jumat, 17 April 2009

Analisis Deterjen

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

Mengukur kadar kandungan surfaktan anionik pada deterjen yang terdapat dalam air buangan dengan menggunakan metode spektrofotometri.

1.2 Prinsip Percobaan

Surfaktan anioanik bereaksi dengan warna biru metilen membentuk pasangan ion baru yang terlarut dalam pelarut organik, Intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 652 nm. Serapan yng terukur setara dengan kadar surfaktan anionik.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Deterjen merupakan pembersih sintesis yang terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibandingkan dengan produk terdahulu yaitu sabun, deterjen memiliki keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak mempengaruhi kesadahan air.

Bahan-bahan kimia pembuat Deterjen:

1. Surfaktan

Surfaktan(surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai ujung yang berbeda yaitu hydrophile(suka air) dan hidrophobe(suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga dapat melepaskan kotoran yang menempel pada permukaan air

Secara garis besar, terdapat empat katagori surfaktan yaitu :

a. Anionik

- Alkyl Benzena Sulfunate (ABS)

- Linear |Alkyl Benzene Sulfunate (LAS)

- Alpha Olein Sulfunate (AUS)

b. Katonik : Garam Ammonium

c. Non ionic : Nonly Phenol Polyethoxyle

d. Amphoterik : Acyl Ethylenediamines

2. Buildier (Pembetuk)

Builder(Pembentuk) berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci surfaktan degan cara manon- aktifkan mineral penyebabkan kesadahan air.

a. Phosphates : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)

b. Acetates

- Nitril tri Acetate (NTA)

- Ethylene Diamine Tetra Acetate(EDTA)

c. Silicates : Zeolth

d. Citrates : Citrate acid

3. Filler (Pengisi)

Filler(Pengisi) adalah bahan tambahan deterjen yang tidak meningkatkan daya cuci, tetapi menambah kuantitas.

Contah : Sodium Sulfate.

4. Additives

Additives adalah bahan suplemen/tambahan untuk pembuatan produk lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna, tidak berhububgan langsung dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lagi untuk komersialkan produk.

Contoh : Enzyme, Borax, Sodium Chlorida, Corboxy Methy cellulose(CMC)

(www.wikipedia. org/wiki/Deterjen)

Menurut struktur kimia, molekul surfaktan dibedakan menjadi dua yaitu rantai bercabang (alky bensen sulfanat atau ABS) dan rantai lurus(Linear alkyl sulfanat atau ALS. Sifat deterjen ABS merupakan jenis surfaktan yang ditemukan dan digunakan secara luas sebagai bahan pembersih yag berasal dari minyak bumi. Jenis ini mempunyai sifat yang tidak diuraikan oleh bahan-bahan alami seperti mikroganisme, matahari dan air.

Banyaknya percabangan ABS ini menyebabkan kadar residu ABS sebagai penyebabnya terjadi pencemaran air. Sedangkan untuk deterjen LAS merupakan jenis surfaktan yang lebih murah diuraikan oleh bakteri. Deterjen LAS mempunyai kemampuan berbusa 10-30% bahan organic aktif. LAS juga dapat menghilangkan busa yang dapat hilang secara berangsur-angsur sehingga tidak menggangu lingkungan. Akan tetapi bahan poliposfat dalam deterjen menghasilkan limbah yang mengandung fosfor sehingga menyebabkan eutrofikasi.(www.Muthadi 71 words proxs.com)

Menurut kandungan gugus aktif maka deterjen diklasifikasikan sebagai berikut :

· Deterjen Keras

Deterjen jenis keras sukar dirusak mikroganisme meskipun bahan tersebut

dibuang akibat zat tersebut masih aktif

· Deterjen lunak

Deterjen jenis lunak bahan penurunan tegangan permukaan mudah dirusak oleh mikroganisme sehingga tidak aktif lagi bila dipakai (www. sinarharapan .co.id)

Sebenarnya kita tidak mengetahui bahwa Deterjen dapat merusak lingkungan. Salah satunya adalah terjadinya proses eutrofikasi diperairan ini terjadi karena Deterjen dengan menggunakan kandungan fosfor makin marak digunakan dalam kalangan masyrakat. Akibatnya banyak sungai-sungai di kota besar terjadinya peledakan enceng gondok. Terjadilah pendangkalan sungai, pertanda kematian bagi kehidupan penghuni sungai. Untuk memecahkan masalah ini, saat ini telah dikembangkan deterjen-deterjen dengan kandungan fosfor yang rendah.


BAB III

PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Bahan

1.Larutan Biru Metilen

2. Larutan Indikator Fenolftalien

3. NaOH 1 N

4. H2SO4 1 N dan 6 N

5. NA2SO4 Anhidrat

6. Aquades.

3.2 Alat

1. Corong Pisah 2 bh

2. Spektrofometer

3. Beaker glass 80 ml dan 500 ml

4. Gelas ukur 25 ml dan 100ml

5. Corong 2 bh

6. Kuvet Spektro

7. Pipet tetes

8. Spatula 1 bh

9. Statip 4 bh

3.3 Cara Kerja

1. Masukan sampel 100 ml ke dalam corong pisah. Agar netral tambahkan 2-3 tetes indikator fenolftalien dan NaOH 1N sampai warna larutan merah muda

2. Tambahkan H2SO4 sampai warnanya hilang

3. Tambahkan 25 ml larutan metilen biru.

4. Ektraksi larutan dengan 10 ml CH2CI2 (diklrometan) biarkan selama 30 detik. Biarkan terjadi pemisahan fase. Goyang perlahan, apabila terbentuk emulsi tambahkan isopropyl alkohol

5. Pisahkan lapisan bawah (CH2CI2) dan lakukan ektraksi dengan menggunakan kertas saring dan Na2SO4 anhidrat

6. Lakukan ektraksi sebanyak 3 kali dan gabungkan hasil ektraksi

7. Perlakukan blanko seperti langkah 1-6

8. Masukan larutan sampel dan blanko kedalam kuvet, baca pada panjang gelombang 652 nm.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar