Jumat, 17 April 2009

Klorida

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan

Menentukan jumlah klorida yang terkandung dalam sampel air.

1.2 Prinsip Percobaan

Klorida dalam suasana netral diendapkan dengan AgNO3 membentuk AgCl. Kelebihan sedikit Ag+ dengan adanya indicator K2CrO4 akan terbentuk endapan merah bata pada titik akhir titrasi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Klorin atau klorida berasal dari bahasa Yunani “cholosos”, yang berarti hijau pucat, adalah unsur kimia dengan nomor atom 17 dengan symbol Cl. Gas klor berwarna kuning kehijauan.

Klorin adalah bahan kimia yang penting untuk beberapa proses penurunan air, penjangkitan dan dalam pelunturan.

Klor merupakan salah satu zat desinfektan yang sering digunakan dalam pengolahan air minum. Zat kimia lain yang dapat digunakan sebagai desinfektan adalah ozon (O3), klordioksidan, dan sebagainya. Dua faktor penting yang mempengaruhi proses desinfektan adalah waktu bereaksi dan konsentrasi zat desinfektan.

Ozon boleh juga digunakan untuk membunuh bakteria, dan ozon tidak membentuk organoklin dan tidak tertinggal dalam air setelah perawatan. (www.wikipedia.org)

Klorin juga digunakan secara meluas dalam pembuatan produk sehari-hari yaitu :

§ Digunakan sebagai pembunuh bakteria dan mikroba-mikroba bekal air minum dan kolam renang;

§ Digunakan secara meluas di dalam pembuatan kertas, antiseptik, bahan pewarna, makanan, racun serangga, cat lukis, produk-produk petroleum, plastik, obat-obatan, tekstil, pelarut, dan produk-produk berguna lainnya.

Kebanyakan klorida larut dalam air, oleh karena itu klorida biasanya hanya ditemui di kawasan beriklim kering, atau bawah tanah. Klorida biasanya dihasilkan melalui elektrolisis natrium klorida yang terlarut dalam air. Bersama dengan klorin, proses kloral kali ini menghasilkan gas hidrogen dan natrium hidroksida dengan persamaan sebagai berikut :

2NaCl + 2H2O ® Cl2 + H2 + 2NaOH

Klor berasal dari gas Cl2, NaOCl, Ca(OCl)2 atau larutan kaporit atau larutan HOCl (asam hipoklorit). Dalam konsentrasi yang wajar, klorida tidak akan membahayakan bagi manusia. Rasa asin terhadap air merupakan pengaruh dari klorida dalam jumlah konsentrasi sebesar 250 mg/L. Oleh karena itu, penggunaan klorida dibatasi untuk kebutuhan manusia. Batas maksimal pemakaian atau pengkonsumsian klorida untuk kebutuhan manusia adalah hanya sampai 250 mg/L kandungan klorida dalam air.

Gas klorin (Cl2), tidak menjadi penyebab polusi udara pada areal luas, tetapi jika campurannya hanya menyebar pada wilayah yang kecil akan menjadi polutan yang sangat berbahaya. Gas klorin merupakan racun gas pertama, yang pertama kali dikembangkan pada saat perang dunia I. Pada saat itu, gas klorin banyak digunakan pada pengolahan air dan sebagai pemutih (Bleach).

Ion klorida (Cl-) tidak aktif, sedangkan Cl2, HOCl, dan OCl- dianggap sebagai bahan yang aktif. HOCl yang tidak terpecah adalah zat pembasmi yang paling efisien bagi bakteri. Proses desinfeksi lebih efisien pada suasana netral atau bersifat asam lemah.

Konsentrasi klorida pada dataran tinggi dan pegunungan biasanya relatif rendah, sedangkan pada sungai dan air tanah biasanya sangat banyak jumlahnya. Konsentrasi klorida yang juga sangat tinggi pada air laut yang menguap, kemudian mengalir ke sungai. Karena itu, sungai dan air tanah memiliki tingkat klorida yang tinggi.

Untuk menentukan atau mengukur jumlah (kadar) klorida dalam air, dapat digunakan metode berikut ini.

§ Mercurie Nitrate Method (metode HgNO3)

Menentukan banyak sedikitnya kandungan klorida dengan perbandingan Mohr method (metode Mohr). Pada metode ini, diphenyl carbazone adalah indikator yang digunakan untuk menunjukkan adanya kelebihan ion Hg2+.

Hg2+ + 2Cl- ® HgCl2 (K = 2,6 x 10-15)

§ Mohr Method (Argentometric)

Metode ini merupakan metode yang dapat menghasilkan hasil yang lebih memuaskan daripada metode HgNO3. Metode Mohr ini menggunakan AgNO3 sebagai zat pentitrasi dan menganjurkan menggunakan metode standar. Dalam proses titrasi ion klorida akan terbentuk klorida dengan lapisan endapan putih perak.

Ag+ + Cl- ® AgCl (Ksp = 3 x 10-10)

Indikator yang biasa digunakan untuk menentukan adanya ion Ag+ adalah potassium chromate. Indikator ini akan mengubah warna putih perak menjadi endapan merah bata.

2Ag+ + CrO42- ® Ag2CrO4 (Ksp = 5 x 102-)

BAB III

PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Alat

Gelas ukur 100 ml 1 buah

Gelas ukur 50 ml 1 buah

Erlenmeyer 200 ml 2 buah

Buret dan statip 1 buah

Spatula 1 buah

Pipet tetes 1 buah

Gelas piala 200 ml 1 buah

3.2 Bahan

Larutan standar NaCl

HNO3 pekat

Larutan K2CrO4 10%

Serbuk ZnO atau MgO

Larutan AgNO3 1/35,45 N

3.3 Cara Kerja

Standarisasi AgNO3

10 ml larutan standar NaCl dipipet, kwemudian dimasukan dalam erlenmeyer. Tambahkan 2-3 tetes HNO3 pekat dan 3-5 tetes larutan indikator K2CrO4 10%. Tambahkan sedikit demi sedikit serbuk ZnO sambil dikocok hingga cairan berwarna kuning kehijauan. Titrasi dengan larutan AgNO3 1/35,45 N sampai endapan merah bata. Catat banyaknya AgNO3 1/35,45 N yang digunakan.

Air sampel

1. 100 ml contoh air dimasukkan ke dalam Erlenmeyer;

2. tambahkan 2 tetes HNO3 pekat dan 3-5 tetes K2CrO4 10 %

3. tambah sedikit demi sedikit serbuk ZnO atau MgO sambil dikocok sampai cairan berwarna kuning kehijauan. Titrasi dengan larutan AgNO3 1/35,45 N sampai terjadi endapan merah bata. Dicatat banyaknya larutan AgNO3 1/35,45 N yang digunakan.

1 komentar: